Rabu, 10 Maret 2010

Jenius jenius asal Indonesia

Siapa pun pasti tahu bahwa nama Sehat Sutardja adalah nama Indonesia. Malah, khas Indonesia, saya pikir. Tapi jika kita cari di mesin pencari seperti Google, maka nama Sehat Sutardja itu akan selalu bersanding dengan nama Marvell, perusahaan MNC semiconductor papan atas. Memang, Sehat Sutardja adalah CEO (Presdir) sekaligus pendiri Marvell, dan orang inilah yang diundang oleh School of Electrical and Electronic Engineering NTU, Kamis kemarin 3 Agustus 2006 untuk sebuah acara talk.

Kesan yang pertama saya dapatkan dari beliau adalah penampilannya. Agak kasual—atau lebih dekat ke nyentrik, malah. Sama sekali jauh dari bayangan setiap orang yang memikirkan penampilan seorang ilmuwan berkelas merangkap CEO perusahaan yang tentunya berjas rapi, elegan. Tapi, penampilan beliau kemarin sungguh eye-catching. Memakai atasan batik yang 2 kancing teratasnya dibiarkan terbuka dan bawahan jeans hitam, siapa pun nggak akan menyangka bahwa orang yang sedang bicara di depan lecture theatre itu adalah pemilik 65 paten. Sepatunya pun seperti sepatu anak muda; sepatu futsal dasar putih dengan garis merahnya yang melintang di bagian atasnya.

Tapi bagaimana pun juga beliau adalah CEO Marvell. Sebuah perusahaan fabless semiconductor yang paling dipercaya publik pada 2005. Marvell sendiri baru berdiri pada 1995. Saat itu hanya 3 orang yang memulai. Dikisahkan bahwa saat itu—saat belum punya reputasi apa-apa—sangat sulit untuk bisa merekrut orang untuk terlibat dalam perusahaan. “’Who are you in this semiconductor industry, anyway?’ kata teman-teman kuliah saya saat pertama saya ajak,” tutur Pak Sehat. Tapi sekarang, Marvell mendapat anugerah sebagai one of the best managed company in America dan nomor 1 di semiconductor company top ten list berdasarkan pendapatan tahunan dalam 5 tahun. Itu adalah hasil survey Forbes.

Kemudian Pak Sehat cerita tentang masa kecilnya. Saat itu kelas 6 SD saat beliau secara kebetulan melihat buku Fisika milik saudaranya. Di dalamnya kebetulan ada bahasan tentang listrik, rangkaian, dan sebagainya. “Sejak saat itu, saya langsung tertarik sama elektronika,” kata beliau. “Uang saku saya saat itu saya pakai beli resistor, kapasitor. Dan selanjutnya saya sudah bongkar-bongkar radio dan lainnya. Then I realized that my passion is in analog”

Pak Sehat besar di Jakarta sampai SMA sebelum kemudian menghabiskan waktu yang panjang di University of California, Berkeley di Amerika. S1 sampai S3 beliau di sana. Ya, setelahnya bisa ditebak. Memang sempat kerja dulu di sebuah perusahaan selama 6 tahun sebelum memutuskan untuk memulai perusahaan. Di tahun 2006 ini, penghargaan Inventor of the Year dari Silicon Valley Intellectual Property Law Association berhasil diklaim olehnya. Bukan penghargaan sembarangan, tentu saja.

Engineer sejati, saya pikir. Kuliah, Doktor, punya banyak penemuan, tapi nggak berakhir menjadi sekadar karyawan. Membisniskan temuannya, membuat perusahaan, mempekerjakan 3400 karyawan. Walaupun seorang CEO, tapi jiwanya masih jiwa engineer. Di talk itu, beliau sempat menunjukkan grafik quarterly income Marvell di presentasinya. Secara jenaka, beliau bilang, “But don’t ask me how to read those figures, OK. Because I’m not the one who made those graphs.” Langsung saja tawa hadirin meledak.

Lagi-lagi kita menemukan orang Indonesia yang sukses di luar negeri. Kali ini di Amerika. Selama talk, saya mencoba mencari tahu, kira-kira apa tips seorang Sehat Sutardja untuk bisa sukses sampai punya perusahaan besar seperti itu. Tapi saya sadar, ternyata itu-itu saja, nggak ada yang beda. Dan saya menjadi yakin, bahwa nggak ada yang baru dari rahasia kesuksesan orang dari zaman dulu sampai sekarang—atau sampai kapan pun. The same old trick.

Hal pertama yang berhasil saya tangkap adalah “do what you like to do”. Kalimat itu setidaknya keluar 3 kali dari mulut Sehat Sutardja saat talk kemarin. Memang itu yang beliau alami sendiri sejak kecil, di mana kegemarannya sejak kecil nggak jauh-jauh dari elektronika. Maka sampai kuliah pun beliau mendalami itu. Disertasi Doktoralnya pun penelitiannya di bidang analog electronics. “My passion is in analog,” itu yang beliau bilang sejak awal.

Rasanya agak mirip dengan Hermawan Kartajaya yang menemukan dunianya di marketing. Padahal dulu beliau alumni Teknik Elektro ITS. Tapi karena merasa jenuh kuliah di elektro, akhirnya pindah haluan ke ekonomi, dan sukses menjadi ikon marketing.

Yang kedua, tentunya kerja keras. Resep lama. Omongannya yang menarik adalah, “bahkan seorang pemain basket pun butuh latihan rutin—sebutlah 6 jam sehari. Saya pikir itu sangat membosankan. Makanya saya bukan seorang pemain basket sekarang. Tapi kalau menghabiskan 6 jam sehari di lab untuk mendesain IC, itu sangat menarik buat saya. Makanya sekarang saya jadi seperti ini.”

Yang ketiga, “to give your best,“ katanya. Marvell mengaku nggak pernah setengah-setengah dalam berkreasi. “Kami selalu menuntaskan pekerjaan. Selalu mendesain yang terbaik, dengan kualitas terbaik. Anda bisa lihat, kami nggak akan pernah mau berbisnis dengan perusahaan-perusahaan kelas dua,” ujarnya sambil menunjukkan daftar partner Marvell di presentasinya, seperti Asus, Cisco, Fujitsu, Ericsson, Hitachi, Panasonic, Lucent Technologies, Gigabyte Technology, dan masih banyak lagi. “Karena hanya perusahaan kelas satu yang menilai tinggi kualitas yang kami tawarkan,” lanjutnya.

Singapore,
Jumat siang, 4 Agustus 2006

Source:

http://en.wikipedia.org/wiki/Marvell_Technology_Group

http://www.marvell.com/company/

http://selembarkertas.blogspot.com/2006/08/dr-sehat-sutardja-my-passion-is-in.html

Taken from http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3241518

March Boedihardjo

Quote:

http://www.thestandard.com.hk/newsimage/20070905/march.jpg
(Tengah)

HONG KONG – Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU).

March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika.
Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun(dari 2007).

Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,’’ kisahnya.
March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu.
Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik.
Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.

Prof Nelson Tansu, PhD- Pakar Teknologi Nano

Quote:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimtlS9fetxR1X9pXGmN6Wk43tjUz9Hbch7_gAIRYrgM6wjfhEJueqgudVfdqizmaaGXLVXbixlsV8cxR5rH0chSwQvRBd0dwWwcMlz8o7LUMqMYACR9dBdFLzW0f59MkjvW0ju1CzSVXs/s320/Tansu2.jpg
(Tengah)


Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano.

Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.

Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika.

Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. "Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan?" "Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia," katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia.

Jawaban Nelson mengharukan. Nelson adalah aset kita.

Muhammad Arief Budiman : MERAH-PUTIH DI SAINT LOUIS

Quote:

http://www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/kisah.jenius/selusur_files/img02.jpg

Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat...

Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa berwajah "dagadu"—sebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat.

anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.

Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.

Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research.

Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa "membeli" kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, "Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia," ujarnya.

Prof Dr. Khoirul Anwar : TERINSPIRASI KISAH FIRAUN

Quote:

http://www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/kisah.jenius/selusur_files/img04.jpg


Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang.

Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya.
Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.

Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.Dunia memujinya.
Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.

Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.

Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.

Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.”

Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang.

Dr Warsito P. Taruno : AKU PULANG, AKU BERJUANG, AKU MENANG

Quote:

http://www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/kisah.jenius/selusur_files/img06.jpg


Dr Warsito P. Taruno, pendiri dan pemilik Edwar Technology.
Belasan tahun belajar di luar negeri. Tanpa bantuan pemerintah, penelitian mereka berhasil di Tanah Air.

Robot itu bernama Sona CT x001. robot yang dibekali dua lengan itu sedang memindai tabung gas sepanjang 2 meter. Di bagian atas robot, layar laptop menampilkan grafik hasil pemindaian. Selasa dua pekan lalu itu, Sona—buatan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology—sedang diuji coba. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta.

Perusahaan migas Petronas, kata Warsito, tertarik kepada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Selain Sona, Edwar Technology mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.
Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito.

ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya).

Sonja dan Shanti Sungkono: SI KEMBAR PENAKLUK BERLIN

Quote:

http://www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/kisah.jenius/selusur_files/img11.jpg


Penampilan mereka memukau publik musisi klasik, dari Eropa hingga Amerika. Diganjar berbagai penghargaan internasional bergengsi.
Kepiawaian jari-jari mereka menari di atas tuts pianolah yang dikagumi penikmat musik klasik, baik di Jerman maupun di kota-kota besar lain di mancanegara.

Prestasi mereka pun patut dibanggakan. Mereka meraih Jerry Coppola Prize dalam lomba duet piano di Miami, Amerika Serikat, pada 1999. Dua tahun berturutturut, 2001 dan 2002, mereka menyabet Prize Winners Juergen Sellheim Foundation di Hannover, Jerman. Lalu pada 2002 menjadi juara ketiga Torneo Internazionale di Musica di Italia. Terakhir, mereka menggondol Prize Winners pada National Piano Duo Competition di Saarbrucken, Jerman, pada 2003.

Album pertama mereka, Works for Two Pianos, dirilis pada 2002. Dua tahun berselang, Sonja-Shanti menelurkan album kedua bertajuk 20th Century Piano Duets Collection. Kedua album berformat CD itu di bawah label NCA Jerman. Peredaran album kedua lebih luas dari yang pertama.

Selain di Jerman, album tersebut beredar di Prancis, Italia, Austria, Swedia, Jepang, dan Amerika. Kedua album itu juga mendapat apresiasi yang cukup antusias dari sejumlah media musik klasik di Eropa. Selain itu, kedua album tersebut masuk arsip Perpustakaan Musik Naxos—produser musik klasik dunia yang menyimpan sekitar 36 ribu album.

Johny Setiawan, Ph.D - PENEMU PLANET PERTAMA DAN BINTANG MUDA

Quote:

http://www.tribunkaltim.co.id/photo/2008/08/07996ad54ce9385c8b99886515d941cb.jpg


Johny Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae.

PENEMUAN itu sangat spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang muncul dari bintang muda.

Johny yang memimpin tim peneliti di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan planet pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae dengan menggunakan teleskop spektrograf F EROS sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile.

Dengan penemuan tim yang dipimpin Johny tersebut, peneliti dapat membuat kesimpulan penting tentang waktu pembentukan planet.Sejumlah pertanyaan pelik yang selama ini dihadapi peneliti, seperti bagaimana dan di mana sistem planet terbentuk?

Bagaimana arsitektur planet? Seberapa lama proses pembentukannya? Bagaimana posisi planet-planet seperti bumi di Galaksi Bima Sakti? Akan segera terjawab. Johny menyadari pentingnya penemuannya tersebut.

”Secara khusus saya bekerja di sejumlah proyek seperti ESPRI (Pencarian Planet dengan PRIMA/ Phase-Referenced Imaging and Micro-arcsecond Astrometry). Di sini saya menyeleksi dan mengamati karakteristik bintangbintang untuk program pencarian planet,”ungkapnya. Sejak 2003, Johny memimpin penelitian di observasi bintang dan planet ESO La Silla.
”Ini merupakan penemuan paling luar biasa dan spektakuler dalam studi planet-planet di luar tata surya.

Untuk pertama kali, kita telah menemukan langsung bahwa planet-planet terbentuk dalam lingkaran cakram. Penemuan TW Hydrae b membuka jalan untuk mengaitkan evaluasi lingkaran cakram dengan proses pembentukan dan migrasi planet,” papar Thomas Henning, direktur Planet and Star Formation Department di MPIA.

DR. Azhari Sastranegara - AHLI BENTURAN DARI MAJENE

Quote:

http://www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/kisah.jenius/selusur_files/img18.jpg


Fujisawa-shi, Kanagawa, Jepang..

Doctor of engineering dari Tokyo Institute of Technology, Jepang, itu bergabung dengan produsen bearing dan komponen otomotif tersebut sejak April 2005. Awalnya ia berkarier sebagai research engineer di NSK Research and Development Center. “Tema penelitian saya cukup beragam, berkisar pada analisis struktur dan bahan terhadap benturan,” ujar Azhari.

Salah satu riset pria kelahiran Majene, Sulawesi Barat, itu adalah tentang desain kemudi kendaraan yang aman. Dalam penelitian itu, tugasnya melakukan perhitungan apakah rancangan kemudi yang diajukan oleh bagian desain sudah memenuhi syarat keamanan ketika terjadi tabrakan. Dari aneka penelitian itu, Azhari dan timnya di NSK menghasilkan enam paten yang kini terdaftar di Japan Patent Office.

NSK ternyata juga bukan tempat kerja pertamanya. Sebelumnya, Azhari—yang meraih gelar doktor dengan disertasi berjudul “Effect of Transverse Impact on Energy Absorption of Column”—sempat menjadi asisten dosen di Tokyo Institute of Technology. Di kampus itu pula Azhari merampungkan pendidikan dari S-1 sampai S-3 (Ph.D).

Dia belajar di kampus itu setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, pada 1994. Modalnya: beasiswa Mitsui Bussan Indonesia Scholarship, Pada program S-3 (Ph.D), ia kembali mendapatkan beasiswa—kali ini dari Moritani Scholarship dan Tsuji Asia Scholarship.

Setelah memperoleh gelar doktor/Ph.D, Azhari sempat ingin kembali ke Tanah Air. Namun, ia tak mendapatkan tempat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya.
Untuk ikut memajukan Indonesia, ia punya cara lain.

Tidak ada komentar: